KATA PENGANTAR
Puji
Syukur kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan nikmatnya yang tak
ternilai harganya, sehingga penulis telah selesai menulis makalah ini yang berjudul : PENGARUH ISLAM TERHADAP BUDAYA
Selanjutnya salam sejahtera juga penulis haturkan kepada tokoh ilmuan sedunia yaitu
Nabi Muhammad Saw yang merupakan
salah seorang yang sudah terbukti keberhasilannya dalam hal mengajarkan nilai
nilai kebenaran ataupun mendidik, merobah peradaban manusia, dan sikap serta
cara pandang dan pola hidup sebagai mana layaknya.
Terimakasih kepada kawan-kawan yang ikut
memberi andil, sport serta motivasi dalam rangka penulisan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………....ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..1
A. Latar belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................... 1
BAB II ISI……………………………………………………………………...2
A. Budaya Sastra Arab................................................................................... 2
B. Al- Qur’an
dan Kelebihan Kelebihan Yang Dimilikinya........................... 4
C. Pengaruh Islam (
Al-Qur’an ) Terhadap Kesusastraan Arab...................... 5
BAB III PENUTUP…………………………………………………………..10
A. Kesimpulan................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Zaman
dulu sebelum islam menyebar secara sempurna di daerah jazirah Arab, bangsa Arab
sudah terkenal dengan syair-syair sastranya, pada saat itu sastra telah menjadi
tradisi turun temurun bangsa Arab yang dimana di perlombakan setiap tahunnya, Sastra Arab sangat erat sekali hubungannya
dengan bangsa Arab, karena bangsa Arab sangat mencintai sastra tersebut.
Kajian
tentang hubungan Al-qur’an ( Islam ) dengan sastra ( Budaya ) adalah suatu
kajian yang agak rumit dan sering di kaji, hal ini selalu diungkapkan oleh
orang-orang yang belum mengenal betul seluk beluk kesusastraan. Pernyataan di
atas dapat dikatakan benar, karena bahasa yang terangkai dalam hasil karya
sastra, kebanyakan bukanlah bahasa lugas, yang
dapat dimengerti langsung oleh khalayak pembaca atau pendengar sesuai dengan
buah pikiran si pengarang atau penyair.
Al-Qur’an sebagai sumber dari agama Islam
dan peradaban Islam adalah seratus persen bernilai sastra yang mana hampir
seluruh isi yang terdapat didalam Al-Qur’an mengandung unsur-unsur penunjang
kesastraan.
Islam
datang dengan risalah yang dibawa Rasulullah SAW , islam sangat
membawa pengaruh yang besar kepada bangsa Arab dalam semua aspek, tak terkecuali
aspek kesusastraan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa itu
kesusastraan Arab?
2.
Apa saja
pengaruh Islam ( Al-qur’an ) terhadap kesusastraan Arab?
C.
Tujuan
1.
Menguraikan
pengaruh Islam ( Al-qur’an ) terhadap budaya kesusastraan Arab
2.
Mengetahui
perubahan-perubahan karya sastra Arab dari Sebelum Islam datang hingga Islam
datang.
3.
Menambah
khazanah pengetahuan terhadap kesusastraan Arab.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Budaya Sastra Arab
Perlu diketahui, bahwa kesustraan
Arab ialah pengetahuan yang mempelajari bangsa Arab ditinjau dari segi hasil
karya sastranya, baik dari segi prosa maupun puisinya.[1] Jadi
dalam pembahasan ini karya satra Arablah yang menjadi kajian objeknya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Budaya
adalah kebiasaan sedangkan Sastra adalah produk sosial.
Secara garis besar, karya sastra
Arab itu terbagi menjadi enam periode. Dalam setiap periode karya sastra Arab
mengalami perubahan, hal ini dipengaruhi oleh kondisi sosial politik pada
setiap masanya, dan hasil karya tersebut merupakan cerminan yang menggambarkan
keadaan bangsanya.
Adapun periodisasi kesusastraan Arab
ialah sebagai berikut;
1.
Kesusastraan masa Jahiliyyah
Masa ini dimulai dari satu
setengah abad atau dua abad sebelum Islam munculnya secara kaf fah.[2] Pada
periode ini merupakan periode pembentukan dasar-dasar
bahasa Arab. Terdapat kegiatan yang dapat membantu perkembangan bahasa Arab,
yakni Zu al-Majaz yang didalamnya terdapat kegiatan festival dan
lomba kesusastraan Arab antar suku yang datang ke Mekkah, dan membentuk
kesusastraan yang baku.[3] Dimana ungkapan sastra yang diperlombakan
tersebut berisikan kebanggaan
terhadap kabilahnya masing-masing dan garis keturunan mereka, ungkapan dendam
kesumat kepada kabilah musuh, ada juga yang bersifat sajak-sajak ghazal yakni
sajak-sajak cinta dan sajak-sajak pemujaan terhadap anggur (khamar) dan yang
bersifat jahiliyah lainnya
2.
Kesusastraan masa Islam
Masanya mulai lahir agama Islam
sampai daulat bani Umayyah. Terjadilah perpindahan orang-orang Arab ke
daerah-daerah baru, mereka tinggal dan menetap di tengah-tengah penduduk asli.
Sehingga mulailah terjadi pembauran yang memperkuat kedudukan bahasa Arab.
3.
Kesusastraan masa Umayyah
Dimulai pada permulaan
beridirinya Daulah Umayyah sampai awal daulah Abasiyyah.[4]
4.
Kesusastraan masa Abbasiyyah
Mulai pada awal berdirinya daulah
Abbasiyyah sampai Baghdad runtuh akibat serangan Mongol.
5.
Kesusastraan masa Turki
Masa ini dimulai dari runtuhnya
kota Baghdad sampai timbulnya kebangkitan bangsa Arab di abad Modern.[5]
6.
Kesusastraan abad Modern
Pada akhir abad XVIII ketika
bangsa Arab di bawah pemerintahan Daulat Usmaniyah keadaannya sangat lemah.
Bangsa Eropa datang berekspansi ke Timur Tengah dengan alasan
penyebaran ilmu pengetahuan dan perdagangan. Timbulnya
kesusastraan modern ditandai dengan timbulnya rasa nasionalisme bangsa Arab di
abad/modern sampai sekarang.
Di zaman permulaan islam, keadaan orang-orang Arab sangat terkejut
dengan kedatangan islam. Karena pada dasarnya bangsa Arab belum pernah
terbayangkan akan lahir suatu agama yang bisa merubah seluruh tatanan kehidupan
mereka baik kehidupan sosial, politik, kesusastraan dan kepercayaan yang telah
diwariskan oleh nenek moyangnya sejak berabad-abad yang lalu. Apalagi ajaran
Islam ini sangat bertolak belakang dengan adat istiadat bangsa Arab pada masa
itu. Oleh karena itu, tidaklah heran Nabi Muhammad SAW selalu mendapatkan
tantangan yang besar ketika ia menyampaikan risalah islam.[6]
B. Al-Quran dan Kelebihan-Kelebihan Yang Dimilikinya
Al Quran adalah firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui perantara malaikat Jibril dengan
menggunakan lafadz Bahasa Arab dan maknanya yang benar, dimulai dari surat Al
Fatihah dan diakhiri dengan surat An Nas, disampaikan kepada kita secara
mutawattir dari generasi ke generasi, baik secara lisan maupun tulisan serta
terjaga dari perubahan dan pergantian.
Ismail
al-Faruqi (dalam buku The Cultural Atlas of Islam, 1992)
sepakat berpendapat bahwa Al-Qur`an memang mengandung unsur-unsur estetik yang
kaya. Di antara unsur-unsur estetik itu ialah:
1) Walaupun
ayat-ayat Al-Qur`an bukan puisi atau prosa berirama (saj`) murni menurut
ukuran sastra Arab pada waktu kitab itu diturunkan, malahan dapat dikatakan
sebagai prosa mutlak (al-nathir al-mutlaq), namun banyak ayat-ayatnya
memiliki persamaan rima dan sajak yang menjadikan ayat-ayat itu sangat indah
dengan unsur puitik yang sugestif.
2) Kitab
Al-Qur`an menggunakan kata-kata dan frasa yang maknanya dapat disesuaikan
dengan berbagai konteks persoalan hidup. Apabila dirubah malah janggal.
Penambahan dan pengurangan terhadap ayat-ayat itu akan merusak keindahan
ungkapan dan makna.
3) Setiap
ayat atau frasa mengimbangi susunan bahasa ayat-ayat yang telah mendahuluinya.
Itulah sebabnya susunan ayat dan bahasa Al-Qur`an dipandang rapi (tawazun).
4) Kias
dan simpulan bahasa Al-Qur`an mengandung konsep atau gagasan serta unsur
pengajaran yang berpengaruh besar kepada pembacanya. Di samping itu memberi
kesan mendalam terhadap imajinasi pembacanya.
5) Susunan
bahasa Al-Qur`an yang sempurna itu menjelmakan ayat-ayat Al-Qur`an sebagai
karya seni yang tinggi, serta memberi ilham bagi lahirnya bentuk-bentuk seni
puisi, musik dan seni suara yang unggul.
6) Gaya
bahasa Al-Qur`an ringkas, tegas dan efektif, langsung menyentuh kesadaran
pembacanya. Menurut Jirji Zaidan dalam Kitab al-Adab al-Lughah, banyak penulis Arab meniru
keringkasan kata-kata dan ungkapan Al-Qur`an beserta balaghahnya. Keringkasan
itu juga tampak dalam Hadis Nabi. Nabi malah pernah mengatakan: “Aku
dianugerahi kemampuan menggunakan kata-kata yang ringkas tetapi sangat dalam
maknanya dan selalu kupilih kata-kata yang padat dan ringkas”. Baik
Al-Qur`an maupun Hadis telah menyadarkan bangsa Arab bahwa prosa juga dapat
dikembangkan menjadi pengucapan estetik bermutu tinggi. Sebelumnya mereka hanya
memandang syair atau puisi sebagai bentuk pengucapan yang bermutu sastra.
7) Struktur
teks Al-Qur`an tidak seperti karya sastra biasa. Dalam struktusnya Al-Qur`an
mencampur aspek-aspek pembicaraan tentang peristiwa yang telah silam, sedang
terjadi dan akan atau mungkin terjadi. Setiap ayat merupakan unit yang berdiri
sendiri dan sekaligus saling berkaitan dengan unit yang lain.
C. Pengaruh
Islam (Al-Qur’an) Terhadap
Kesusastraan Arab
Al Quran membawa pengaruh yang begitu besar dan
kemajuan yang signifikan terhadap kehidupan bangsa arab pada saat itu. Al Quran
sebagai landasan hidup orang islam telah mendorong masyarakat islam untuk
mendalami ilmu pengetahuan dari berbagai cabang disiplin ilmu, termasuk di
dalamnya ilmu bahasa yang mempelajari kesusastraan. Kesusastraan adalah semua
aspek-aspek yang merupakan hasil dari seni dan kreasi manusia yang
berguna untuk memberikan keindahan dan kelembutan dalam hubungan nilai-nilai
sebuah karya sastra, sehingga karya-karya tersebut akan mempengaruhi gejolak
hati dan nurani insan yang membaca dan
memperhatikannya. .
Sebelum islam datang, kesusastraan Arab
telah lama berkembang dengan pesatnya. Akan tetapi, pada masa itu, isi
kandungan sastra Arab itu bercirikan seperti kepahlawanan suku, ungkapan
kebanggaan terhadap kabilahnya masing-masing dan garis keturunan mereka,
ungkapan dendam kesumat pada kabiah musuh, ada juga yang bersifat sajak-sajak
ghazal yakni sajak-sajak cinta an sajak-sajak pemujaan terhadap anggur (khamar)
menjadi berubah sesuai dengan ajaran tauhid yang di bawa oleh nabi Muhammad saw
ketengah-tengah masyarakat Arab pada saat itu.
Islam pada waktu itu hanya mengarahkan
sastra terutama puisi dan para penyair
kepada maksud dan cara yang baik untuk mempromosikan kebajikan, kearifan, dan
kemulyaan sesuai dengan koridor islam. Melihat puisi pada saat itu sebagai
media yang baik untuk mempromosikan itu semua, maka islam membatasi karya puisi dan
karya sastra yang lainnya demi tujuan dakwah dan untuk kebaikan bersama.
Islam membolehkan puisi seperti madh yang
ditunjukkan untuk memuji kepada Allah dan Rasul-Nya, amsal yang mengandung
peribahasa yang baik , puisi hikmah yang merupakan puisi nasehat untuk menyeru
kepada kebaikan ataupun khutbah-khutbah yang mengandung nilai
moralitas yang tinggi. Disamping itu islam memandang buruk apabila puisi
digunakan sebagai ajang mencela, membangggakan diri dan menggembor hawa nafsu
yang cenderumg menimbulkan permusuhan dan kerusakan.
Pada masa khulafaurrasyidin Al
Quran dijadikan sebagai inspirasi sebagai kegiatan sastra,hal ini menunjukkan
bahwa di dalam Al Quran banyak terkandung nilai-nilai sastra. Karya ini dipakai
untuk melakukan dakwah dalam bentuk lisan (pidato), yang memerlukan bahasa yang
indah, fungsi sastra dijadikan alat untuk dakwah ( politik komunikasi) .
Jadi menurut
Al Muhdhar dan Arifin, perubahan yang timbul dalam kesusastraan Arab Jahilyyah
sesudah lahirnya agama Islam atau munculnya Al-qur’an dapat disimpulkan menjadi
tiga hal ;[7]
1)
Penghapusan
sebagian corak kesusastraan Arab Jahiliyyah.
2)
Menciptakan
suatu corak baru yang sesuai dengan Islam
3)
Mengembangkan
sebagian corak lama yang sesuai dengan Islam
Corak
baru yang dibawa Islam ialah timbulnya macam-macam cabang tata peraturan dan
undang-undang baik dalam syari’at Islam maupun di bidang bahasa sendiri
seperti timbulnya Ilmu Balaghah, Ilmu Nahwu, dan Ilmu Arudh, dsb. Sedangkan corak yang dihapus oleh Islam yaitu puisi-puisi yang berupa
mantra yang digunakan oleh dukun.
Namun,
ada juga corak yang lama dan dikembangkan oleh Islam yakni di bidang sya’ir dan
khutbah, karena keduanya sangat berkontribusi dalam membantu perluasan dakwah
Islam kepada sekalian bangsa Arab, karena bangsa Arab sangat senang dengan
kedua corak ini.[8]
Selain
faktor-faktor tiga hal tadi, masih ada beberapa pengaruh yang dibawa oleh Islam
terhadap kesusastraan Arab, diantaranya ialah sbb;
1. Penyair-Penyair
Jahiliyyah Memeluk Agama Islam
Ketika Islam datang dengan
risalah yang dibawakan oleh Rasulullah SAW. Banyak penyair-penyair ternama
Jahiliyyah yang memeluk agama Islam, karena keyakinan yang bulat dan bahkan
menjadi pembela Rasul yang setia. Di antara penyair tersebut ialah ;
a.
Hasan bin Tsabit, dia merupakan penyair yang sangat
termasyhur pada zaman Rasulullah. Isi dan gaya sya’irnya berbeda sekali sebelum
ia memeluk agama Islam. Datangnya Islam telah banyak mempengaruhi dan
menginspirasi baru ke dalam sya’ir-sya’irnya. Sehingga, berbeda tema
puisi-puisinya antara sebelum ia masuk Islam dan sesudah ia masuk Islam. Adapun
puisi ketika ia belum masuk Islam ialah madah, fakhr, hija’ dan ghazal , sedangkan tema puisi setelah
masuk Islam
ialah madah, hija’, ritsa, dan i’tidzar.[9]
Adapun contoh salah satu syairnya ialah :
Ùˆ Ø£Øسن منك لم تركت
عيني * و أجمل منك لم تلد
النساء
Yang
lebih bagus dari padamu, tiada pernah mataku melihat.
Yang
lebih cantik dari padamu tiada pernah dilahirkan wanita.
b.
Ka’ab bin Zuhayr, tema puisi pada masa jahilyyah
yaitu fakhr, hija’, dan ghazal serta wasf. Adapun pada
permulaan islam puisinya bertemakan madah, hija’, ghazal, himat dan
nasehat.[10]
c.
Hutai’ah, pada dasarnya tema-tema puisi beliau
antara pra islam dan sesudah islam itu sama, yakni hija’, madah,
ghazal, wasf, hanya saja pada Zaman Permulaan Islam ditambah dengan
tema isti’thaf dan i’tidzar.[11]
2.
Semakin Meluas Perbendaharaan Bahasa Arab
Seperti
yang kita ketahui, bahwasnya bahasa Arab itu adalah alat komunikasi yang
dipakai oleh umat muslim. Seperti yang kita ketahui Sempit dan luasnya
perbendaharaan bahasa itu tergantung pada luasnya pengalaman si
pemakai bahasa tersebut. Jika si pemakai bahasa itu sangat luas pengalamannya
maka bahasanyapun ikut bertambah perbendaharaan kata-katanya. Dan terbukti pada
bahasa Arab, dulu pada masa Jahiliyyah bahasa Arab sangatlah terbatas
pemakainnya hanya pada kehidupan sehari-hari saja. Nemun,
setelah Islam berkembang maka pemakainnya juga makin
bertambah. Sebab dalam islam terdapat syari’at-syari’at seperti shalat. Puasa,
haji, dan sebagainya yang semuanya itu bisa menambahluaskan
perbendaharaan bahasa Arab.[12]
3. Bahasa
Arab Bertambah Halus
Jika kita
amati keberadaan bahasa Arab pada masa Jahiliyyah, itu sangat berbeda dengan
ketika Islam datang. Bahasa Arab pada masa jahiliyyah itu sangatlah kasar,
karena pada dasarnya watak dan tabiat bangsa Arab itu keras terutama pada masa
Jahiliyyah.
Tapi
setelah islam lahir, mereka telah banyak mengambil tata cara penyusunan kalimat
dalam kitab suci Al-Qur’an yang telah diakui kehalusan kalimatnya dan
ketinggian sastranya. Selain itu seluruh ajaran yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an
itu sendiri sangat agung. Sehingga mereka banyak yang mengaguminya walaupun
mereka itu tidak mau mengikuti ajarannya.[13]
4. Perubahan
Tema-tema Karya Sastra Arab
Tema-tema
karya sastra pada zaman Islam megalami perubahan dari zaman sebelumnya, yaitu
zaman Jahiliyyah, pada zaman jahiliyyah para penyair membuat puisi dengan
berbagai tema, sperti ; madah, hija’ fakhr, hamasah , ghazal, i’tidzar,
ritsa, dan washf. Dengan datangya Agama Islam tentu saja tema tersebut
berubah dikarenakan situasi mereka juga berbeda.
Tema-tema
Zaman Jahiliyyah ada juga yang masih dipakai pada zaman Permulaan Islam,
seperti;
·
Al-Washf, tapi deskripsinya tidak lagi
menggambarkan tentang minuman keras, judi, tempat-tempat minum, melainkan
segala sesuatu yang termasuk dalam kategori yang dhiaramkan.
·
Alghazal, tidak
mendeskripsikan hal yang negatif ( tubuh
wanita),
melainkan dari segi akhlak yang mulia.
·
Al-fakhr, tidak
menggambarkan kebanggan terhadap keturunan.
·
Al-madahu, bukan
pujian-pujian yang berlebihan.
Selain yang diatas ada juga tema
yang lebih banyak digunakan pada permulaan Islam. Yakni tema Ritsa, yaitu
ratapan tehadap para syuhada yang wafat dalam perjuangan menyebarkan agama
Islam. Adapun tema baru yang dimunculkan pada permulaan Islam ialah tema dakwah
Islam. Yang menggambarkan tentang Agama Islam, Nabi, Shahabat, Khalifah,
akhlak, jihad, dll.
Adapun dari segi prosa, pada
zaman Jahiliyyah ada 6 jenis prosa, yaitu Khutbah, Wasiat, Hikmat, dan Matsal,
Qishah, dan Saj’u kuhhan. Sedangkan pada masa Islam ini hanya ada 2
yang disebut, yaitu khuthbah dan kitabat rasail.
5. Bertambah
Tinggi Nilai-nilai Sastranya
Bangsa Arab zaman Jahiliyyah
sangat mendambakan ketinggian nilai sastra, sebab mereka mempunyai gairah
sangat besar sekali terhadap yang dihasilkan oleh seorang penyair. mereka
selalu mengadakan perlombaan syair pada setiap tahun untuk menentukan syair
siapakah yang paling baik nilai sastranya pada tahun itu.[14]
Untuk mengalahkan keahlian mereka, dan menghindari mereka dari kesombongan,
maka Allah SWT menurunkan mukjizat-Nya berupa Al-Qur’an sebagai standar bahasa.
Adapun maksud kemukjizatan Al-Qur’an bukan berarti melemahkan manusia, akan
tetapi untuk menjelaskan kepada manusia akan kebenaran kitab Al-Qur’an dan
Rasul yang membawanya adalah Rasul yang benar.
Salah satu petikan keagungan
Al-Qur’an dapat dilihat dalam firman-Nya yang artinya : Katakanlah:
"Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al
Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain."[15]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Kesustraan Arab ialah pengetahuan yang mempelajari
bangsa Arab ditinjau dari segi hasil karya sastranya, baik dari segi prosa
maupun puisinya. Secara garis besar, karya sastra Arab itu terbagi menjadi enam periode, yaitu; zaman Jahiliyyah, zaman Islam, zaman Umayyah, zaman
Abbasiyyah, zaman kerajaan Turki dan zaman Modern.
·
Perubahan
yang timbul dalam kesusastraan Arab Jahilyyah sesudah lahirnya agama Islam
disimpulkan menjadi tiga hal ;
1.
Penghapusan
sebagian corak kesusastraan Arab Jahiliyyah.
2.
Menciptakan
suatu corak baru yang sesuai dengan Islam
3.
Mengembangkan
sebagian corak lama yang sesuai dengan Islam
Namun, secara detailnya ialah ;
1. Banyak
penyair-penyair jahiliyyah masuk Islam.
2. Perbendaharaan
bahasa Arab semakin meluas.
3. Bahasa
Arab semakin Halus
4. Tema-tema
karya sastranya berubah
5. Nilai
sastranya semakin tinggi.
· Yunus, Ali Al
Muhdar dan Bey Arifin, Sejarah Kesusastraan Arab, Surabaya :
Bina Ilmu, 1983
· Males, Sutia
Sumarga, Kesusastraan Arab : Asal Mula dan Perkembangannya, Jakarta : Zikrul Hakim, 2000
[1] Yunus, Ali Al
Muhdar dan Bey Arifin, Sejarah Kesusastraan Arab, (Surabaya : Bina
Ilmu, 1983), hlm. 11
[2] Males, Sutia
Sumarga, Kesusastraan Arab : Asal Mula dan Perkembangannya, (Jakarta:Zikrul
Hakim, 2000),hlm. 5
[4] Males, Sutia Sumarga, Kesusastraan Arab : Asal
Mula dan Perkembangannya, (Jakarta:Zikrul Hakim, 2000),hlm. 5
[5] Yunus, Ali Al Muhdar dan Bey Arifin, Sejarah
Kesusastraan Arab, (Surabaya : Bina Ilmu, 1983), hlm. 25.
[6] Yunus, Ali Al Muhdar dan Bey Arifin, Sejarah
Kesusastraan Arab, (Surabaya : Bina Ilmu, 1983), hlm. 78,
[7] Yunus, Ali Al Muhdar dan Bey Arifin, Sejarah
Kesusastraan Arab, (Surabaya : Bina Ilmu, 1983), hlm. 82.
[8] Yunus, Ali Al Muhdar dan Bey Arifin, Sejarah
Kesusastraan Arab, (Surabaya : Bina Ilmu, 1983), hlm. 82.
[9] Males, Sutia Sumarga,Kesusastraan Arab:Asal Mula
dan Perkembangannya (Jakarta:Zikrul Hakim, 2000), hlm. 49
[10] Males, Sutia Sumarga,Kesusastraan Arab:Asal Mula
dan Perkembangannya (Jakarta:Zikrul Hakim, 2000),hlm. 49
[11] Males, Sutia Sumarga,Kesusastraan Arab:Asal Mula
dan Perkembangannya (Jakarta:Zikrul Hakim, 2000),hlm. 49
[12] Yunus, Ali Al Muhdar dan Bey Arifin, Sejarah
Kesusastraan Arab, (Surabaya : Bina Ilmu, 1983), hlm. 83
[13] Yunus, Ali Al
Muhdar dan Bey Arifin, Sejarah Kesusastraan Arab, (Surabaya : Bina
Ilmu, 1983), hlm. 84
ConversionConversion EmoticonEmoticon