Makalah Akhlak Mahmudah


AKHLAK MAHMUDAH
D
I
S
U
S
U
N
OLEH

M. ZIKRULLAH
FURQAN

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH










KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan nikmatnya yang tak ternilai harganya, sehingga penulis telah selesai menulis makalah ini yang berjudul : AKHLAK MAHMUDAH
      Selanjutnya salam sejahtera juga penulis haturkan kepada tokoh ilmuan sedunia yaitu Nabi Muhammad Saw yang merupakan salah seorang yang sudah terbukti keberhasilannya dalam hal mengajarkan nilai nilai kebenaran ataupun mendidik, merobah peradaban manusia, dan sikap serta cara pandang dan pola hidup sebagai mana layaknya.
       Terimakasih kepada kawan-kawan yang ikut memberi andil, sport serta motivasi dalam rangka penulisan makalah ini.

Penulis








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………....ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..1
A.      Latar belakang............................................................................................ 1
B.       Rumusan masalah....................................................................................... 1
C.       Tujuan   ..................................................................................................... 1


BAB II ISI……………………………………………………………………...2
A.      Definisi Akhlak.......................................................................................... 2
B.       Akhlak Yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah)....................................... 3
C.       Macam – macam akhlak terpuji.................................................................. 4
D.      Akhlak Yang Terpuji Terhadap Allah........................................................ 6
E.       Akhlak Yang Terpuji Terhadap Manusia................................................... 7
F.        Akhlak Yang Terpuji Terhadap Lingkungan.............................................. 11



BAB III PENUTUP…………………………………………………………..14
A.      Kesimpulan................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA
 








BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sifat sabar, kasih sayang, atau malah sebaliknya pemarah, benci karena dendam, iri dan dengki, sehingga memutuskan hubungan silaturahmi.
Bagi seorang muslim, akhlak yang terbaik ialah seperti yang terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW karena sifat-sifat dan perangai yang terdapat pada dirinya adalah sifat-sifat yang terpuji dan merupakan uswatun hasanah (contoh teladan) terbaik bagi seluruh kaum Muslimin.
Dalam Ajaran islam adalah ajaran yang bersumber pada wahyu Allah, Al-Qur’an dalam penjabarannya terdapat pada hadis Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam Islam mendapat perhatian yang sangat besar.
Akhlak yang baik dan mulia akan mengantarkan kedudukan seseorang pada posisi yang terhormat dan tinggi. Atas dasar itulah kami menyusun makalah ini, agar kita semua sebagai makhluk Allah, tidak tersesat dalam menjalani hidup, dan dapat menjadikan Rasulullah sebagai idola kita, karena sesungguhanya pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kita.

B.           Rumusan Masalah
      1.      Apa definisi tentang akhlak mahmudah?
      2.      Sifat apa saja yang termasuk akhlak mahmudah?
      3.      Apa saja akhlak mahmudahyang termasuk terhadap pencipta, manusia dan alam ?

C.          Tujuan
1.      Untuk dapat mengetahui yang mana yang disebut akhlak mahmudah
2.      Untuk dapat mengetahui lebih jauh lagi objek kajian akhlak mahmudah

BAB II
PEMBAHASAN DAN ISI

    A.       AKHLAK

Ahlak secara etimologi berasal dari kata khuluq dan jama’nya akhlaq yang berarti budi pekerti, etika, atau moral.
Pengertian etimologi tersebut berimplikasi bahwa akhlak mempunyai kaitan dengan tuhan pencipta yang menciptakan sifat batin manusia luar dan dalam, sehingga tuntutan akhlak harus dari kholiq yang mengisyaratkan adanya akhlak dari ketetapan manusia bersama, sehingga dalam kehidupan manusia harus berkhlak yang baik menurut ukuran Allah dan ukuran manusia.
Sejak dulu masalah akhlak mendapat perhatian yang serius dari Allah SWT dan mengutus beberapa nabi dan rasul ke bumi untuk membimbing manusia, salah satunya nabi kita yaitu  nabi muhammad saw yang membawa misi utamanya yaitu untuk memperbaiki akhlak  ( moral ) manusia,
sebagaimana sabdanya yaitu :
إنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِمَّ مَكَارِمَ الاَخْلاَقِ
 “Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah) ke muka bumi ini untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak manusia”.

Akhlak itu terbagi dua yaitu
·         Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT.
·         Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah). Yaitu Akhlak yang tidak diridai oleh Allah SWT.







    B.       AKHLAK YANG TERPUJI (AL-AKHLAKUL MAHMUDAH)

 Akhlak mahmudah adalah etika perilaku manusia yang mencerminkan sifat yang terpuji terhadap manusia, Allah SWT maupun terhadap lingkungan hidup. Akhlak yang baik dilahirkan oleh sifat- sifat yang baik juga, oleh karena itu dalam jiwa manusia dapat menelurkan perbuatan- perbuatan lahiriyah yang baik

Baik dalam bahasa Arab disebut Khoir, dalam bahasa inggris disebut good . dalam beberapa kamus dan ensiklopedia diperoleh pengertian baik sebagi berikut:
1.   Baik berarti sesuatu yangh telah mencapai kesempurnaan
2.   Baik berarti sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan sebagainya.
3.   Baik berarti sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan dan memberikan kepuasan
4.   Baik berarti sesuatu yang sesuai dengan keinginan
5.   Sesuatu yang dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan sengan atau bahagia, bila ia dihargai secara positif.

Al-Ghazali menerangkan bentuk keutamaan akhlak mahmudah yang dimilki seseorang misalnya sabar, benar dan tawakal, itu dinyatakan sebagai gerak jiwa dan gambaran batin seseorang yang secara tidak langsung menjadi akhlaknya. Al-ghazali menerangkan adanya pokok keutamaan akhlak yang baik, antara lain mencari hikmah, bersikap berani, bersuci diri, berlaku adil. 

Keutamaan akhlak yang baik juga terdapat dalam hadist Nabi,

ماَ مِنْ شَيْءٍ أَ ثْقَلُ فِى مِيْزَا نِ الْعَبْدِ  يَوْ مَ القِياَ مَةِ مِنْ حُسْنِ الخُلُقِ
Artinya:”Tiada sesuatu apapun yang paling berat pada timbangan setiap hamba pada hari kiamat, selain akhlak yang baik”.

   C.       MACAM –MACAM AKHLAK TERPUJI

1.      Ikhlas : Kata ikhlas Menurut al-Qurtubi, ikhlas pada dasarnya berarti memurnikan perbuatan dari pengaruh-pengaruh makhluk.
2.      Amanah : Secara bahasa amanah bermakna al-wafa’ (memenuhi) dan wadi’ah (titipan) sedangkan secara definisi amanah berarti memenuhi apa yang dititipkankan kepadanya.
3.      Adil : Adil berarti menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga tidak lain ialah berupa perbuatan yang tidak berat sebelah.
4.      Bersyukur : Syukur menurut kamus “Al-mu’jamu al-wasith” adalah mengakui adanya kenikmatan dan menampakkannya serta memuji (atas) pemberian nikmat tersebut.Sedangkan makna syukur secara syar’i adalah : Menggunakan nikmat AllahSWT dalam (ruang lingkup) hal-hal yang dicintainya.
5.      Husnuzzan : berprasangka baik terhadap segala sesuatu yang menimpa dirinya dan orang lain atau disebut juga positive thinking.
6.      Rela berkorban : rela mengorbankan apa yang kita miliki demi sesuatu atau demi seseorang.
7.      Ridho : suka, rela dan senang. Konsep ridho kepada Allah mengajarkan manusia untuk menerima secara suka rela terhadap sesuatu yang terjadi pada diri kita.
8.      Sabar : tahan terdapat setiap penderitaan atau yang tidak disenangi dengan sikap ridho dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.
9.      Tawakal : berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil dari suatu pekerjaan.
10.  Qona’ah : adalah merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan menjauhkan diri dari sifat ketidakpuasan atau kekurangan..
11.  Bijaksana : suatu sikap dan perbuatan seseorang yang dilakukan dengan cara hati-hati dan penuh kearifan terhadap suatu permasalahan yang terjadi,baik itu terjadi pada dirinya sendiri ataupun pada orang lain.

12.  Percaya diri : keadaan yang memastikan akan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan karena ia merasa memiliki kelebihan baik itu kelebihan postur tubuh,keturunan,status social,pekerjaan ataupun pendidikan.
13.  Sabar : yaitu sifat tahan menderita sesuatu (tidak lekas marah, tidak lekas patah hati, tidak lepas putus asa, tenang, dan lain- lain). Di dalam menghadapi cobaan hidup.
14.  Memelihara Amanah : Amanah menurut bahasa ( etimologi ) ialah kesetiaan, ketulusan hati, kepercayaan ( istiqomah ) atau kejujuran.
15.  Bersifat Hemat : Hemat ( Al iqtishad ) ialah menggunakan sesuatu yang tersedia berupa harta benda, waktu dan tenaga menurut ukuran keperluan, mengambil jalan tengah, tidak kurang dan tidak berlebebihan. Adapun macam- macam hemat adalah: Penghematan harta benda, Penghematan tenaga, Penghematan waktu.
16.  Bersifat Berani : Sifat berani termasuk dalam fadilah akhlakul karimah. Berani bukanlah semata- mata berani berkelahi di medan laga, melainkan sesuatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya. Orang yang dapat menguasai jiwanya pada masa- masa kritis  ketika bahaya diambang pintu itulah orang yang berani.
17.  Bersifat Malu Al Haya’ : Malu ialah malu terhadap Allah dan malu terhadap diri sendiri dikala melanggar peraturan – peraturan Allah.perasaan ini dapat menjadi bimbingan kepada jalan keselamatan dan mencegah dari perbuatan nista.
18.  Memelihara Kesucian Diri : Menjaga diri dari segala keburukan dan memelihara kehormatan sebaiknya dilakukan pada setiap waktu, hendaknya dimulai dari memelihara hati untuk tidak berbuat rencana dan angan – angan yang buruk.
19.  Menepati Janji : Janji adalah suatu ketepatan yang dibuat dan disepakati oleh seseorang untuk orang lain atau dirinya sendiri untuk dilaksanakan sesui dengan ketetapannya. Biarpun janji itu yang dibuat sendiri tetapi tidak terlepas darinya, melainkan mesti ditepati dan ditunaikan
20.  Intropeksi Diri (Muhasabah) : Orang yang bertawakkal salah satu sikapnya  ialah intropeksi diri. Dimana ia akan intropeksi diri apabila ia kurang sukses daam menjalankan sesuatu ia tidak membuat dirinya “drop”, melainnkan ia selalu intropeksi pada diri, dapat dikatakan muhasabah. Senantiasa mengoreksi apa yang telah dilakukannya. Setelah itu ia akan berusaha menghindari faktor penyebab suatu kegagalan tersebut serta senantiasa memberikan yang terbaik pada dirinya.
21.  Jihad : Jihad di jalan Allah SWT adalah mengerahkan segala kemampuan dan tenaga untuk memerangi orang-orang kafir dengan tujuan mengharap ridha Allah SWT dan meninggikan kalimat-Nya.
22.  Qanaah : berarti rela menerima kenyataan hidup yang dialami, tidak berkeluh kesah, tidak pula mebayangkan kesenangan yang diterima orang lain.

   D.       AKHLAK TERPUJI TERHADAP ALLAH

1.      Bertaubat (At-Taubah), yaitu suatu sikap yang menyesali perbuatan buruk yang pernah dilakukannya dan berusaha menjauhinya, serta melakukan perbuatan baik
2.      Bersabar (Ash-Shabru), yaitu suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang dihadapinya. Tetapi bukan berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Maka sabar yang dimaksudkannya adalah sikap yang diawali dengan ikhtisar, lalu diakhiri dengan ridha dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan dari Tuhan
3.      Bersyukur (Asy-Syukru), yaitu suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, nikmat yang telah diberikan oleh ALLAH kepadanya, baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Lalu disertai dengan peningkatan pendekatan diri kepada yang member nikmat, yaitu ALLAH
4.      Bertawakkal (At-Tawakkal), yaitu menyerahkan segala urusan kepada ALLAH setelah berbuat semaksimal mungkin, untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkannya. Oleh karena itu, syarat utama yang harus dipenuhi bila seseorang ingin mendapatkan sesuatu yang diharapkannya, ia harus lebih dahulu berupaya sekuat tenaga, lalu menyerahkan ketentuannya kepada ALLAH. Maka dengan cara yang demikian itu, manusia dapat meraih kesuksesan dalam hidupnya
5.      Ikhlas (Al-Ikhlaash), yaitu sikap menjauhkan diri dari riya (menunjuk-nunjukkan kepada orang lain) ketika mengerjakan amal baik, maka amalan seseorang dapat dikatakan jernih, bila dikerjakannya dengan ikhlas
6.      Raja (Ar-Rajaa), yaitu sikap jiwa yang sedang menunggu (mengharapkan) sesuatu yang disenangi dari ALLAH S.W.T., setelah melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya sesuatu yang diharapkannya. Oleh karena itu, bila tidak mengerjakan penyebabnya, lalu menunggu sesuatu yang diharapkannya, maka hal itu disebut “tamanni”
7.      Bersikap takut (Al-Khauf), yaitu suatu sikap jiwa yang sedang menunggu sesuatu yang tidak disenangi dari ALLAH, maka manusia perlu berupaya agar apa yang ditakutkan itu, tidak akan terjadi.

   E.       AKHLAK TERPUJI TERHADAP MANUSIA

Akhlak kepada sesama manusia dapat dikelompokan menjadi:
A. Akhlak terhadap Orang tua
1.      Mendengarkan nasihat-nasihatnya dengan penuh perhatian, mengikuti anjurannya dan tidak melanggar larangannya;
2.      Tidak boleh membentak ibu-bapak, menyakiti hatinya, apalagi memukul. Ibu dan bapak harus diurus atau dirawat dengan baik;
3.      Bersikap merendahkan diri dan mendoakan agar mereka selalu dalam ampunan dan kasih sayang Allah S.W.T.
4.      Sebelum berangkat dan pulang sekolah hendaklah membantu orang tua;
5.      Menjaga nama baik kedua orang tua di masyarakat
6.      Memberi nafkah, pakaian, dan membayarkan hutangnya kalau mereka tidak mampu atau sudah tua
7.       Menanamkan hubungan kasih sayang terhadap orang yang telah ada hubungan kasih sayang oleh ibu-bapaknya.
8.      Apabila kedua orang tua itu telah meninggal misalanya, maka kita sebagai anaknya berkewajiban berbakti kepada mereka seperti: Menyembahyangkan jenazahnya, Memintakan ampunan kepada Allah, Menyempurnakan janjinya, Memuliakan sahabatnya, Menghubungi anak keluarganya yang bertalian dengan keduanya.

B. Akhlak terhadap Saudara
1.      Menghormati dan mencintai mereka. Karena kita dengan saudara asal-mulanya dari ayah dan ibu. Mencintai mereka sama dengan kita mencintai diri sendiri.
2.      Menghormati saudara yang lebih tua sebagaimana menghormati orang tua, mengindahkan nasihat-nasihatnya dan tidak menentang perintahnya.
3.      Mencintai dan menyayangi yang lebih kecil dengan penuh kasih sayang sebagaimana orang tua menyayangi mereka.
4.      Saling bantu-membantu sekuat tenaga, sabar terhadap mereka. Jika bersalah, berilah peringatan secara halus dan ramah-tamah.

C. Akhlak terhadap Tetangga
1.      Menolong dan membantunya bila membutuhkan pertolongan, walaupun mereka tidak mau membantu kita;
2.      Memberi hutang bila meminta bantuan hutang kepada kita;
3.      Ikut meringankan beban dan kesengsaraan bila tetangga itu miskin dan sengsara, sekiranya kita mempunyai kelebihan;
4.      Menjenguknya bila sakit atau membantunya dengan obat;
5.      Bila tetangga ada yang meninggal dunia, hendaknya ikut belasungkawa, dan mengantarkan jenazahnya ke kuburnya;
6.      Bila tetangga mendapat kesenangan atau nasib baik dan menggembirakan, sebaiknya menyampaikan ucapan selamat kepadanya;
7.      Ikut meringankan beban musibah tetangga yang meninggal;
8.      Bila ingin membuat rumah bertingkat, sebaiknya minta izin atau sepengetahuan tetangganya, disamping minta izin kepada pemerintah;
9.      Menghindari perkataan atau tindakan yang menyakitkan tetangga. Bila berkata atau bertindak salah, sebaiknya segera minta maaf;
10.  Jika boleh memamerkan sesuatu yang dibeli atau yang dimiliki kepada tetangga, baik berupa makanan ataupun yang lainnya, bila kita tidak ingin memberinya;
11.  Jangan menyalakan atau membunyikan radio tape recorder atau TV terlalu keras, yang dapat membisingkan tentangga.

D. Akhlak terhadap Sesama Muslim
1.      Belas kasihan atau sayang (Asy-Syafaqah), yaitu sikap jiwa yang selalu ingin berbuat baik dan menyantuni orang lain;
2.      Rasa persaudaraan (Al-Ikhaa), yaitu sikap jiwa yang selalu ingin berhubungan baik dan bersatu dengan orang lain, karena ada keterikatan bathin dengannya;
3.      Member nasihat (An-Nashiihah), yaitu suatu upaya untuk memberi petunjuk-petunjuk yang baik kepada orang lain dengan menggunakan perkataan, baik ketika orang yang dinasihati telah melakukan hal-hal yang buruk, maupun belum. Sebab kalau dinasihati ketika ia telah melakukan perbuatan buruk, berarti diharapkan agar ia berhenti melakukannya. Tetapi kalau dinasihati ketia ia belum melakukan perbuatan itu, berarti diharapkan agar ia tidak akan melakukannya;
4.      Memberi pertolongan (An-Nashru), yaitu suatu upaya untuk membantu orang lain, agar tidak mengalami suatu kesulitan;
5.      Menahan amarah (Kazmul Ghaizhi), yaitu upaya menahan emosi, agar tidak dikuasai oleh perasaan marah terhadap orang lain;
6.      Sopan santun (Al-Hilmu), yaitu sikap jiwa yang lemah lembut terhadap orang lain, sehingga dalam perkataan dan perbuatannya selalu mengandung adab kesopanan yang mulia;
7.      Suka memaafkan (Al-Afwu), yaitu sikap dan perilaku seseorang yang suka memaafkan kesalahan orang lain yang pernah diperbuat terhadapnya.
8.      Member salam;
9.      Memenuhi undangannya, terutama hari pertama dalam walimatul uruz;
10.  Saling member nasihat;
11.  Menjenguk ketika sakit, sambil mendoakan;
12.  Mengantarkan jenazah orang islam;
13.  Tidak bermusuhan selama 3 hari;
14.  Tidak boleh bersikap sombong;
15.  Tidak melahirkan kegembiraan disaat orang Islam yang lain ditimpa kesusahan;
16.  Mau membela sesama muslim;
17.  Menjunjung tinggi kehormatan, harta dan jiwa;
18.  Mau mengusahakan perdamaian kalau terjadi perselisihan diantara sesama muslim;
19.  Menutupi rahasianya
20.  Memberi bantuan disaat membutuhkan

E. Akhlak terhadap Kaum Lemah
1.      Menunjukkan kepada orang lain yang tersesat, dan menuntut orang buta di jalan yang ramai;
2.      Memberikan tempat duduk kepada orang yang telah tua, orang buta, anak-anak dan wanita waktu berdesak-desakan kendaraan dalam bis, kereta api, dan sebagainya;
3.      Memberi sedekah kepada peminta-minta dengan sikap yang baik;
4.      Memberikan bantuan kepada panti asuhan yatim piatu dan rumah miskin;
5.      Memberikan bantuan kepada korban bencana alam, berupa uang, pakaian, dan obat-obatan;
6.      Menganggap pembantu rumah tangga sebagai anggota keluarga sendiri;
7.      Suka menolong orang lain yang sangat memerlukan bantuan, diantaranya membantu orang miskin, orang cacat mental, orang cacat jasmani, dan lain-lain.
F.        AKHLAK TERPUJI TERHADAP LINGKUNGAN

A.    Melakukan usaha pelestarian hutan, antara lain: 
1.      mencegah pencurian kayu dan penebangan hutan secara liar.
2.      perbaikan kondisi lingkungan hutan.
3.      menanam kembali di tempat tumbuhan yang pohonnya di tebang.
4.      sistem tebang pilih.
B.     Melakukan usaha pelestarian hewan, antara lain:
1.      melindungi hewan dari perburuan dan pembunuhan liar.
2.      mengembalikan hewan piaraan ke kawasan habitatnya.
3.      mengawasi pengeluaran hewan ke luar negeri.
C.    Melakukan usaha pelestarian biota perairan, antara lain:
1.      mencegah perusakan wilayah perairan.
2.      melarang cara-cara penangkapan yang dapat mematikan ikan dan biota lainnya, misalnya dengan bahan peledak.
3.      melindungi anak ikan dari gangguan dan penangkapan.

v  Beberapa akhlak terhadap lingkungan yang juga harus di apilkasikan dalam kehidupan yaitu:
1.      Syafaqah :Yaitu perasaan halus dan rasa belas kasih untu berbuat baik kepada sesam makhluk Allah. Sesungguhnya tiap-tiap pertolongan seseorang terhadap hewan yang berjiwa itu dapat pahala, walaupun ia seekor anjing yang hina. Jika kita menunggangi kuda atau binatang lainnya , kita wajib memberinya hak istirahat dan dilarang menyiksanya. Dalam menyembelih binatang kita diperintahkan untuk menajamkan pisaunya. Jika ada binatang yang berbahaya maka jika ingin dibunuh maka harus langsung dibunuh tidak boleh disiksa. Ada sebuah hadist yang menceritakan bahwa ada seorang perempuan yang dimasukan ke dalam neraka disebabkan seekor kucing yang diikat oleh dia , tidak diberi makan dan tidak dilepaskan sampai kucing itu mati.
2.      Himayah atau pemeliharaan. Allah tidak melarang untuk memelihara binatang untuk memperoleh manfaatnya. Allah menerangkan dalam Al Quran bahwa hewan-hewan itu dijadikanNya untuk menjadi kesenangan dn i'tibar bagi manusia
3.      Memberinya makan-minum, jika hewan-hewan tersebut lapar dan haus, karena dalil-dalil berikut: Sabda Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam : Terhadap yang mempunyai hati yang basah terdapat pahala. (Diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah). Sabda Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam : Siapa tidak menyayangi, ia tidak akan disayangi. (Muttafaq Alaih) .Sabda Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam : Sayangilah siapa saja yang ada di bumi, niscaya kalian disayangi siapa saja yang ada di langit. (Diriwayatkan Ath-Thabrani dan Al-Hakim) 
4.      Menyayanginya, dan berbelas kasih kepadanya, karena dalil-dalil berikut: 
Ketika Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam melihat orang-orang menjadikan burung sebagai sasaran anak panah, beliau bersabda, Allah melaknat siapa saja yang menjadikan sesuatu sebagai sasaran. (Diriwayatkan Abu Daud dengan sanad shahih) Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam melarang menahan hewan untuk dibunuh dengan sabdaya: Barangsiapa yang menyakiti ini (burung) dengan anaknya; kembalikan anaknya padanya. (Diriwayatkan Muslim) Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda seperti di atas, karena melihat burung terbang mencari anak-anaknya yang diambil salah seorang sahabat dari sarangnya. 
5.      Jika ia ingin menyembelihnya, atau membunuhnya, maka ia melakukannya dengan baik, karena Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik kepada segala hal. Oleh karena itu, jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan baik. Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan baik. Hendaklah salah seorang dari kalian menenangkan hewan yang akan disembelihnya, dan menajamkan pisaunya. (Diriwayatkan Muslim, At Tirmidzi, An-Nasai, Abu Daud, dan Ahmad) 
6.      Tidak menyiksanya dengan cara-cara penyiksan apa pun baik dengan cara melaparkannya, atau meletakkan padanya muatan yang tidak mampu ia angkut, atau membakarnya dengan api, karena dalil-dalil berikut: Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: Seorang wanita masuk neraka karena kucing. Ia menahannya hingga mati. Ia masuk neraka karenanya, karena tidak memberinya makan sebab ia menahannya, dan tidak membiarkannya makan serangga-serangga tanah. (Diriwayatkan Al-Bukhari) Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam berjalan melewati rumah semut yang terbakar, kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya siapa pun tidak pantas menyiksa dengan api, kecuali pemilik apai itu sendiri (Allah). (Diriwayatkan Abu Daud. Hadits ini shahih) 
7.      Diperbolehkan membunuh hewan-hewan yang membahayakan, seperti anjing penggigit, serigala, ular, kalajengking, tikus, dan lain sebagainya, karena dalil-dalil berikut: Sabda Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam : Ada lima hewan membahayakan yang boleh dibunuh di tempat halal dan haram, yaitu ular, burung ggaak yang berwarna belang-belang, tikus, anjing yang suka menggigit, dan burung hudaya (sejenis rajawali). (Diriwayatkan Muslim) Diriwayatkan, bahwa diperbolehkan membunuh burung gagak dan melaknatnya.

v  Dalil Tentang Akhlak Terpuji Terhadap Lingkungan Flora dan Fauna yaitu :
A.    Surat 16 ayat 10-11. Artinya : Dia-lah, yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.
B.     Surat 6 ayat 99. Artinya : “Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. 
C.     Surat 13 ayat 4. Artinya: Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya.
BAB III
PENUTUP
A.                KESIMPULAN

Jadi dari penjabaran yang telah kita uraikan dalam materi diatas, dapat kita berikan kesimpulan akhlak tersebut merupakan sutu bentuk atau cerminan yang tertatanam dalam diri seseorang dan hal tersebut terealisasi dalam kehidupannya sehari – hari. Secara umum makna akhlak terhadap sesama manusi adalah tindakan yang disengaja dilakukan oleh muslim terhadap sesama manusia baik itu perbuatan yang baik maupun perbuatan yang buruk. 

DAFTAR PUSTAKA

v  Yatimin Abdullah, Studi akhlak dalam Perspektifd al-qur’an, jakarta; Sinar Grafika Offset, 2007.
v  Asmara As, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta; PT Raja Grafinndo Persada, 2002.
·         Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
·         Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Akhlak), (Terj), Farid M’aruf, dari judul asli al-Akhlak, Jakarta:Bulang Bintang, 1983.
·         http://grupsyariah.blogspot.com/2012/05/akhlak-mahmudah-terpuji-dan-akhlak.


UNTUK MENDOWNLOAD MAKALAHNYA KLIK LINK DIBAWAH
Previous
Next Post »
Thanks for your comment